Catatan Pagi
M Dino Gobel
KAMIS 14/12. Di hari itu, saya diundang Ibu Syane Dondokambey. Beliau adalah kawan, yg juga sesama mitra kerja Staf Khusus Gubernur Sulut. Ibu Anne, beliau biasa sy sapa begitu, mengajak sy berkunjung ke Kota Molibagu.
Tentu visit ke Kota kecil satu ini, yang adalah ibukota Kabupaten Bolmong Selatan (Bolsel), sudah tak asing lagi. Karena ini adalah kampung halaman Alm Ayah sy, Pak Abdulgani Hasan Van Gobel.
Dan sy sendiri, rutin mengunjungi kota cantik yang berada di tepi Teluk Tomini. Ini adalah salah satu teluk paling besar dan menyimpan banyak potensi wisata dan perikanan serta kelautan lainnya. Apalagi sejak satu dekade terakhir, sejak kepemimpinan Bupati Bolsel Alm Herson Mayulu dan kemudian berganti ke Iskandar Kamaru, Bolsel melejit pesat prestasinya sebagai destinasi pariwisata dengan aneka daya tarik.
Daya tarik utama Bolsel, yg belakangan terkenal adalah diving di sejumlah spot dive. Ada juga atraksi paragliding. Dua potensi ini bahkan sudah berulangkali menggelar even kejuaraan internasional dan ramai pesertanya dari level nasional hingga mancanegara
Tamu rutin sebagai wisatawan pun secara berkala berwisata ke Bolsel.
Lebih istimewa lagi, berbagai turis, baik mancanegara maupun Nusantara hingga domestik, ramai berwisata ke Bolsel.
Dan sebagai Staf Khusus Gubernur Sulut bidang pariwisata, sy rutin hadiri undangan acara Dinas Pariwisata Bolsel, baik hadiri even maupun seminar atau FGD (focus group discussion) di wilayah ini. Sekalian, sy juga memanfaatkan waktu untuk nyekar di makam Alm ayah sy di kompleks pemakam raja Van Gobel yang berada di pusat kota Molibagu.
Kembali ke undangan rekan kerja saya, sesama Staf Khusus Gubernur, untuk menemaninya beracara di Molibagu Kamis pekan lalu. Sy alami pengalaman istimewa. Yaitu menyaksikan langsung praktik nyata tentang hospitality di masyarakat Bolsel khususnya yang saya jumpai langsung saat itu.
Apa itu hospitality? Ya. Ini adalah keramahtamahan melayani kepada tamu, wisatawan yang datang ke sebuah destinasi.dimana, melalui pelayanan itu, tamu memperoleh pengalaman positif sehingga dia enjoy untuk stay. Bahkan stay lebih lama sekaligus spending money lebih banyak dan itu menguntungkan masyarakat di destinasi itu sendiri. Dengan kata lain, hospitality sungguh penting dibutuhkan.
Memang, dalam kunjungan ke Bolsel saat itu, oleh Ibu Anne Dondokambey, kawan Staf Khusus bidang Pendidikan, acara tersebut dilaksanakan bertemakan sosialisasi cegah stunting remaja di lingkup siswa SMA/SMK di wilayah Bolsel. Acara berupa tatap muka dengan sekitar 100 an siswa itu berlokasi di gedung sekolah SMA Negeri 1 Bolaang Uki di Molibagu. 9 kepala sekolah SMA di wilayah itu lengkap hadir. Acara dipimpin lgs Kacab Dinas Pendidikan wilayah tersebut.
Sebagai Staf Khusus Gubernur Bidang Pariwisata yg diajak hadir bersama di acara itu, tentu sy hadir dalam konteks kepentingan manfaat pariwisata dari sosialisasi tsb. Angle tentang how to know about hospitality, benar benar menjadi kegelisahan sy. Sudahkah SDM muda di Bolsel memahami hospitality, seiring bertumbuhnya wilayah ini sebagai destinasi pariwisata berkelas internasional? Ataukah pincang laju tata kelola pariwisata Bolsel? Artinya, even dan promosi berlari sendiri dan ketika turis datang, sektor SDM dengan perannya masing masing dala kelola destinasi dilupakan? Kalau ini terjadi, jelas itu malapetaka tersendiri. Artinya, turis hanya akan datang sesaat lalu pulang. Alias tidak betah. Dan even wisata yang gencar dilaksanakan di wilayah ini, semu semata.
Tapi yang saya dapatkan?
Bolsel memang bayi ajaib! Sy selalu menggunakan sebutan ini dalam menganalogikan keberhasilan Bolsel tumbuh sebagai destinasi wisata. Artinya dia tidak saja ajaib dalam sukses memarkeringi dirinya sehingga mampu merayu turis datang. Lebih dari itu, turis menggandrunginya dengan aneka tagline yang bahkan menjadi hastag populer di dunia penyelam dan penerbang paragliding: “In Bolsel We Dive” dan “In Bolsel We Fly”. Keren kan?
Dan dalam giat bersama Ibu Anne di hari itu, sy excited karena menemukan bagaimana hospitality ternyata telah menjadi skill bahkan darah daging di kalangan siswa dengan penuh percaya diri. Ini adalah keajaiban lain Bolsel sebagai destinasi wisata.
Hal itu terlihat saat sejumlah siswa yang didaulat oleh Kacab Dinas Pendidikan Bolsel, selaku moderator kegiatan, dalam mengajukan pertanyaan harus berani datang ke depan, menyampaikan pertanyaannya. Nah di sinilah, sy melihat betapa smartnya pertanyaan mereka. Kritis. Menarik. Dan? Beberapa di antara mereka, salah satu sy lupa namanya. Tapi sy ingat daerah asalnya. Yaitu seorang siswi berasal dari SMA di kecamatan Posigadan. Posigadan sendiri adalah kecamatan paling ujung selatan di wilayah Bolsel. Tepat berbatasan dengan Provinsi Gorontalo. Provinsi tetangga Sulut.
di sinilah istimewanya pengalaman sy ini. Sy lihat, siswi yang datang dari perbatasan itu mengawali pertanyaannya kepada kami para narasumber, dengan sebuah sapaan ramah ke audiens. Para sahabat siswa dan gurunya. “Hello. Apa kabar kalian semua? Baik baik kan?” Dia menyapanya dengan penuh percaya. Sambil senyum ramah terlihat. Tidak canggung atau terkesan dibikin bikin.
Sekilas apa yang dilontarkan siswi dari Posigadan ini sederhana. Just say hello kan? Pikir kita semua, mungkin begitu.
Tapi bagi dunia pariwisata, ini adalah sebuah pesona. Ini adalah “waw”. Karena sebuah ungkapan skill hospitality. Artinya, siswi ini melakukannya, mustahil tanpa ada sebuah kesadaran. Atau awaresness bahwa sapaan keramahtamahan adalah kunci awal sukses presentasinya untuk membuat audiens nyaman dan betah dengannya. Luarbiasa! Dan Hal yang sama juga sy temukan di kalangan siswa yang lain, yang bertanya.
Bagaimana dengan temuan praktik hospitality lainnya, seperti kebersihan fasilitas umum dan semacam itu?
Jawabannya ada. Lagi lagi sy menjawab dengan optimis dan bangga. Karena selama beberapa saat berkegiatan di lingkungan SMA Negeri Bolaang Uki sy juga menemukan hal positif menarik. Yaitu, di sekolah tersebut, toiletnya bersih! Jelas ini menarik. Mengingat jumlah siswa sekolah yang lumayan banyak. Pun tamu yang datang ke situ tak terhitung jumlahnya. Ditambah pula, posisi toiletnya berada di gedung depan. Dekat pintu masuk utama. Ini bukan toilet VIP yang ada di dalam ruang Kepseknya. Bisa dibayangkan kan?
Dua “temuan” ini kiranya menjadi optimisme kita di tengah semangat mengalahkan “karakter” kebanyakan dari kita, yang kerap distigamakan secara negatif sebagai SDM yang susah melayani dalam bisnis jasa yang identik dengan pariwisata.
Sebab sudah menjadi fakta lama. (Syukurlah beberapa tahun terakhir sudah mulai berkurang), betapa sulitnya praktik keramahtamahan atau hospitality ini dijumpai di kalangan pegawai, pelayan hingga diri kita –mungkin, saat bertugas di instansi atau perusahan hingga hotel dan restoran, menjamu tamu yang datang.
Bahkan, sudah menjadi fakta pula, bahkan kerap guyonan khas, kala kita memesan menu di sebuah restoran kita mendapat suguhan wajah sembut, ucapan nyelekit karyawan resto: “om Jang talalo banyak batanya! Ada kwa menu di daftar menu. Nintaw baca so?”
Hospitality dari siswi asal Posigadan di Bolsel, kiranya jadi inspirasi kita dalam melepas stigma negatif “unfriendly” bagi kebanyakan kita di Sulut dalam mewujudkan provinsi ini sebagai destinasi wisata internasional.
Saat sy berdiskusi tentang ramainya turis berwisata ke Bolsel, dengan Wakil Gubernur (Wagub) Steven Kandouw beberapa waktu lalu, sy ingat persis. Pak Wagub memuji strategi jitu Bupati Iskandar Kamaru, tim Dinas Pariwisata dan stakeholder, yang mampu menjadikan kawasan ini primadona di Teluk Tomini. Bahkan andalan Sulut di wilayah selatan. “Pak Gubernur Olly Dondokambey dan saya sangat bangga perkembangan pariwisata di Bolsel. Seiring dengan yang terjadi provinsi ini. Bolsel layak jadi teladan bagi semangat mewujudkan Sulut Maju, Sulut Hebat khususnya di sektor tourism,” kata Wagub.
Hospitality dari Posigadan. Kiranya menjadi cermin bagi kita di Sulut. Artinya, saat pemerintah telah memajukan sektor ini, antara lain dengan penuh semangat telah membuka berbagai konektivitas udara dari berbagai kota luar negeri ke sulut, peran masyarakat lah yang ikut menentukan, sukses tidaknya provinsi tercinta ini menjadi bahkan mempertahankan sekaligus mengembangkan dirinya sebagai daerah tujuan wisata internasional sebagaimana yang sudah mulai terjadi.
Sebab semangat ataupun tekat tak sekadar sebuah narasi semata. Melainkan butuh sebuah aksi. Aksi nyata. Karena saat Pariwisata berkembang, kesejahteraan masyarakat dan kemajuan daerah akan ikut terjadi. Sy ingat persis, ini pesan berulang Gubernur Olly Dondokambey.
Finally.
Bagi anda yang gemar dengan namanya studi banding tentang hospitality?, dan apalagi kalo studi banding itu memakan duit banyak karena harus ke Bali. Jawa atau Jakarta bahkan luar negeri. Pun jika studi banding habiskan itu duit rakyat? Wow ngeri.
Nah, ga usah jauh jauh. Studibandung ke Posigadan atau Bolaang Uki. Semua ada di Bolsel! Bolsel aja.
Semoga demikian.
(Dalam 5 jam perjalanan Molibagu Manado, medio Desember 2023)