MANADO – Sebagai insitusi pemerintah di bidang pencarian dan pertolongan, Basarnas terus melakukan persiapan dan pemantapan terkait rencana operasi regional marine pollution exercise (marpolex) ke 19 yang akan dilaksanakan 5 Juli 2019 di Davao, Filipina .
Kegiatan yang akan diikuti 3 negara meliputi Filipina, Jepang dan Indonesia itu, perwakilan Indonesia akan memberangkatkan 3 kapal dari Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai (KPLP).
“Sedangkan Basarnas dan Pertamina hanya melibatkan personil dan alat untuk evakuasi. Basarnas ikut andil dalam kegiatan ini untuk menanggulangi apabila terjadi ledakan kapal minyak dan korban jiwa,”kata Direktur Kesiapsiagaan Didi Hamzar di Swiss Belhotel Maleosan saat memaparkan peran, tugas dan fungsi dalam penanganan korban jiwa, Senin (24/6/2019).
Didi Hamzar menjelaskan, kegiatan Marpolex sudah berjalan setiap tahun, gunanya untuk penanggulangan tumpahan minyak di lautan dan apabila ada korban jiwa.
Kegiatan ini dikoordinir KPLP yang berkompeten dengan tumpahan minyak dan apabila ada korban jiwa Basarnas siap melaksanakan pencarian dan pertolongan yang membahayakan jiwa manusia.
“Pelatihan ini bisa jadi sekala internasional dan nasional itulah sudah SOP Basarnas di setiap kejadian yang membahayakn jiwa manusia Basarnas hadir,”tuturnya.
Dia juga menyampaikan alat yang terkait Emergency Locator Transmitter (ELT) yang digunakan di sektor penerbangan, Emergency Position Indicator Radio Beacon (EPIRB) yang digunakan di sektor pelayaran, dan Personal Locator Beacon (PLB)yang digunakan untuk sektor perorangan tetap berlaku.
Ketiganya tersebut setiap pesawat serta kapal baik kecil maupun besar diwajibkan mempunyai alat ini dan diregistrasikan ke Basarnas yang selama ini berkompeten dalam penanganan pencarian dan pertolongan semua ada akan didata dan tercatat.
“Ketiga alat itu akan memancarkan signal distres apabila di ON kan, sehingga di Basarnas akan memantau langsung dimana lokasi alat itu aktif dan menandakan sedang dalam keadaan bahaya dan perlu pertolongan,”pungkasnya.tm