BITUNG – Kementerian Pertanian melalui Karantina Pertanian Manado kembali ekspor kelapa parut asal Sulawesi Utara (Sulut) secara serentak ke empat negara.
Masing-masing adalah Cina sebanyak 104 ton, Irak 26 ton, Rusia 26 ton serta Selandia baru sebanyak 37, 4 ton dengan total nilai ekonomi sebesar Rp. 4,99 miliar melalui Pelabuhan Laut Bitung (18/11).
Baca Pula:
- Proses Repatriasi 157 ABK WNI di Pelabuhan Bitung Dikawal Aparat Kepolisian
- Kapolda Bersama Forkopimda Sulut Saksikan Simulasi Tanggap Bencana di Kawasan Megamas Manado
“Kelapa parut yang dikirim ke empat negara tersebut dijamin sehat dan aman sampai di negara tujuan, karena sudah memenuhi persyaratan negara tujuan baik dari aspek kesehatan maupun standar keamanan pangannya sebelum diberangkatkan,” ungkap Donni Muksydayan, Kepala Karantina Manado saat menyerahkan surat kesehatan tumbuhan atau phytosanitary certificate (PC) kepada eksportir Tri Mustika Cocominaesa dan PT. Royal Coconut.
Menurut Donni kelapa parut asal Sulut ini semakin diminati di pasar global dan merupakan salah satu produk unggulan ekspor asal sulut yang meningkat signifikan terutama dalam kondisi ekonomi yang melemah akibat wabah pandemi.
Baca Juga:
- Polresta Manado Amankan Pelaku Penikaman di Tempat Karaoke
- Tim Anoa Polres Kotamobagu Amankan Dua Pria Bersajam
Hal ini tidak terlepas dari dukungan pemerintah daerah dan juga kemudahan layanan ekspor oleh Bea Cukai dan layanan di pelabuhan yang baik dan kerjasama petani serta pelaku usaha yang sinergis, sehingga produk berkualitas dan pasar terus berkelanjutan.
Berdasarkan data Karantina Pertanian Manado tercatat fasilitasi ekspor kelapa parut selama bulan Januari hingga Oktober tahun 2020 sebanyak 16,72 ribu ton dengan nilai ekonomis Rp 397,51 miliar. Hal ini meningkat sebanyak 31,3 % dibanding periode sama tahun 2019 yang hanya berhasil mencatat sebanyak 12,73 ribu ton dengan perolehan nilai ekonomi Rp. 261,56 miliar.
Lebih lanjut Donni menerangkan supaya ekspor kelapa parut ini meningkat dan terus berkelanjutan Karatina Pertanian Manado melakukan percepatan pelayanan tindakan karantina dan juga secara rutin memberikan bimbingan teknis pemenuhan persyaratan sanitari dan fitosanitari, sesuai yang dipersyaratkan negara tujuan ekspor.
Baca Juga:
- Empat Pelaku Penganiayaan dan Pengrusakan di Tondegesan Minahasa Dibekuk
- Polda Sulut Siapkan 1.489 Personel Amankan TPS di Pilkada
Masih menurut Donni salah satu cara untuk meningkatkan nilai pertumbuhan ekspor adalah dengan mendorong ekspor produk olahan setengah jadi dan bentuk jadi. Kini ekspornya tidak lagi dalam bentuk kelapa bulat namun sudah lebih banyak berupa santan atau kelapa parut.
Dorong Hilirisasi
Secara terpisah, Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan), Ali Jamil menyebutkan bahwa sejalan dengan tugas strategis yang diberikan oleh Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL – red) untuk mengawal upaya peningkatan ekspor, dengan Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor Pertanian atau Gratieks, pihaknya mendorong hilirisasi produk segar yang telah memiliki pasar ekspor.
Menurut Jamil, ekspor produk dalam bentuk olahan menjadi pilihan terbaik saat ini. Selain bernilai tambah, tahan lama dan mudah mengemasnya.
“Sulut sudah menerapkan hal ini pada komoditas kelapa, dan harapannya kedepan juga dilakukan pada komoditas pertanian segar unggulan ekspor lainnya,” tukas Jamil.