MANADO – PT Pertamina (Persero) Area Sulawesi Utara, Gorontalo dan Sulawesi Tengah (Suluttenggo) menargetkan sampai 2018 berdiri tujuh lokasi untuk merealisasikan BBM satu harga di daerah Sulut yang masuk daerah terdepan, terjauh dan terluar (3T).
Sales Executive BBM Retail Sulawesi Utara, Muhammad Faruq Mustadjab memastikan program BBM satu harga di daerah kepulauan Sulawesi Utara (Sulut) yaitu Talaud dan Sitaro berjalan sebagai mana yang telah direncanakan.
“Tahun 2017, untuk SPBU kompak BBM satu harga yang sudah beroperasi di Talaud terdapat dua tempat yakni di Kecamatan Melonguane Timur dan Kecamatan Kabaruan,”jelasnya, Sabtu (24/3/2017).
Dikatakan, sedangkan tahun 2018 akan direalisasikan salah satunya di Kabupaten Sitaro di Kecamatan Tagulandang. Sedangkan tiganya lagi di Kepulauan Talaud, satu di Kecamatan Esang pulau Karakelang, satunya di Miangas dan Nanusa di Pulau Marampit.
“Target 2018 di Talaud ketambahan tiga lokasi. Di Sitaro satu lokasi di Tagulandang. Jadi total projek BBM satu harga Pertamina dari 2017-2018 target realisasinya itu ada 7 lokasi,”ujarnya.
Untuk harga sendiri selama itu merupakan lembaga resmi Pertamina maka harganya sesuai Perpres seperti Solar dengan harga Rp5.150/liter, dan Premium Rp. 6.450/liter. Sama seperti titik lembaga penyalur lainnya dalam program BBM satu harga ini, SPBU kompak yang telah didirikan terletak di daerah yang sulit diakses.
Dijelaskan Faruq, SPBU kompak adalah nama jenis lembaga penyalur yang diterapkan oleh pertamina. Pertamina itu memiliki beberapa klasifikasi lembaga penyalur.
“Untuk SPBU besar di kota-kota namanya SPBU reguler. Untuk di daerah yang jauh atau pulau-pulau yang tidak dapat terakses langsung oleh depot namanya SPBU kompak,”tuturnya.
Namun demikian, pihaknya juga menambah varian produk dengan menyalurkan pertalite selain premium dan solar di daerah 3T.
Sementara itu, alokasi jatah yang diberikan kepada satu lembaga penyalur Pertamina tetap memberlakukan sesuai kajian yang telah dibuat. Sedangkan untuk menambah kuota otoritas penambahannya bukan kewenangan Pertamina tapi dari BPH Migas.
“Saat ini Kecamatan Melonguane Timur alokasi premium 100 kl, solar 30 kl per bulan. Untuk Kabaruan alokasi premium 30 kl dan solar 10 kl. Tapi Insyaallah per April berdasarkan hasil pertemuan dengan Plt Bupati akan ditambahkan 20 kl premium jadi total 50 kl,”terangnya.
Sejak Kabaruan beroperasi akhir September 2017 pihaknya tidak langsung menambahkan karena khawatir nanti over.
“Nanti malah menyimpang premiumnya, tidak sampai ke masyarakat tapi malah lari ke pengecer-pengecer. Berdasarkan kajian kami setelah kurang lebih 4 bulan beroperasi akhirnya diputuskan ditambah alokasi premium di Pulau Kabaruan itu menjadi 50 kl,”katanya.
Memang di Talaud sendiri selain program BBM satu harga sebenarnya telah beroperasi dua agen premium dan minyak solar (APMS), satu di pulau Salibabu Kecamatan Lirung dan satu lagi di di Karakelang Kecamatan Beo.
Jadi total 2018 itu Talaud sudah memiliki 6 lembaga penyalur. Jadi masing-masing pulau sudah dikasih.
Di Karakelang karena pulaunya sedikit besar yang eksis sekarang di Kecamatan Beo, Kecamatan Melonguane, dan tambahan di Essang sebelah utara Karakelang. Kemudian ada di Lirung, Salibau, Kabaruan, Nanusa dan Miangas.
Sebelumnya, Mei tahun lalu, Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey menyatakan kendala penyaluran BBM di pulau Miangas bakal segera teratasi dengan dibangunnya SPBU kompak.
SPBU Kompak direncanakan dibangun pihak Pertamina sebanyak tiga unit di wilayah perbatasan di Sulut. “Rencananya akan dibangun tiga SPBU Kompak. Selain di Pulau Miangas Kabupaten Talaud juga akan dibangun di Kabupaten Sangihe dan Kabupaten Sitaro,” tukasnya.
Usulan pembangunan SPBU kompak sendiri diungkapkan warga Miangas Yan Piter Lupa yang menyampaikan keluhan sulitnya memperoleh BBM di Miangas akibat sulitnya distribusi BBM di sana. “Kami di Miangas susah mendapatkan BBM. Kalau pun dapat kami harus membawa BBM ke Miangas, kami harus membawanya dengan kapal biasa. Ini sangat berbahaya karena dapat membuat kapal dapat terbakar,” ujarnya.
Diketahui, SPBU Kompak didirikan Pertamina pada lokasi-lokasi yang belum layak untuk suatu SPBU konvensional, misalnya daerah yang hanya memiliki omzet satu ton atau 1.000 liter perhari, tidak mampu menutupi biaya operasional jika didirikan SPBU reguler, sehingga tidak ada pengusaha yang tertarik maka dalam program satu harga ini dibangun SPBU Kompak.