Ilustrasi Umar bin Khattab. (kontenPedia/dok. ayo jakarta
Penulis: Marista Fiana, Nim: 20211050027, Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Umar bin Khattab adalah khalifah kedua setelah Abu Bakar. Ia memiliki julukan Amirul Mukminin saat menjabat sebagai khalifah, dan Al Faruq sejak Nabi Muhammad masih hidup. Ia diberi gelar al Faruq oleh Nabi, sebab Umar dapat membedakan mana yang benar dan yang batil, yang baik dan yang buruk. Umar dahulunya merupakan jagoan bangsa Arab. Sebelum masuk Islam, ia adalah salah satu pemuda yang ditakuti seluruh kalangan disebabkan oleh keberanian dan kekuatannya.
Ia sempat memusuhi Nabi Muhammad karena telah menyebarkan agama Islam. Namun, setelah mendengar lantunan ayat Alquran, Umar pun mengucapkan syahadat dan masuk agama Islam. Setelah Umar masuk Islam, misi penyebaran yang dahulunya masih sembunyi-sembunyi akhirnya bisa terang-terangan. Hubungan Umar dengan Nabi Muhammad adalah menantu dan mertua. Sebab, putri Umar yang bernama Hafsah menikah dengan Nabi Muhammad. Umar memimpin umat Islam setelah Abu Bakar selama 10 tahun terhitung sejak tahun 634-644 M atau 13-23 H. Selama masa kepemimpinannya, Umar sangat memperhatikan administrasi dan pendirian bangunan-bangunan penunjang pemerintahan.
Dalam menjalankan roda kepemimpinannya, Umar bin Khattab memiliki prinsip yang tidak boleh tidak harus dijalankan dalam pengabdiannya kepada masyarakat dan agama.
Pertama, musyawarah. Dalam menghadapi suatu urusan atau persoalan, beliau tidak pernah menunjukkan sikap sebagai pemegang kekuasaan tertinggi, melainkan sebagai manusia yang sama derajatnya dengan anggota musyawarah yang lain. Sebab bagi beliau, setiap persoalan yang ada akan terselesaikan dengan cara duduk bersama, musyawarah tanpa ego dan ambisi untuk menemukan jalan keluar yang lebih menitik beratkan pada kesejahteraan masyarakat.
Kedua, kekayaan negara semata-mata untuk masyarakat. Beliau tidak pernah berpikir bahwa kekayaan negara harus dinikmati oleh dirinya sendiri dan para koleganya. Seluruh kekayaan yang dimiliki oleh negara adalah milik masyarakat, tak heran jika beliau berpenampilan dan hidup sangat sederhana. Yang tidak seperti pemimpimpin zaman sekarang.
Ketiga, menjunjung tinggi kebebasan. Beliau sangat tidak menyukai perbudakan, sebab setiap manusia memiliki kebebasannya masing-masing. Kebebasan yang dimaksud adalah kebebasan yang tidak secara sewenang-wenang melanggar kebebasan orang lain dan melanggar aturan yang telah diatur oleh agama dan negara.
Keempat, selalu mendengarkan kritik. Seorang Umar bin Khattab dengan gelar yang sematkan: Amirul Mukminin, tentu saja tidak pernah takut dengan kritik. Sebab bagi beliau, kritik harus didengarkan supaya kita menemukan kebaikan yang ada dalam diri kita. Dan yang kelima, hadir dalam setiap perasoalan yang menimpa masyarakatnya. Dalam sejarah kepemimpinan umat Islam, Umar bin Khattab sangat dikenal dengan pemimpin yang merakyat, dan tidak pernah menghindar atas persoalan yang terjadi pada masyarakatnya.
Ada beberapa teori yang mendukung prinsip Umar bin Khattab. Pertama Teori Sifat, berdasar atas dasar pemikiran bahwa keberhasilan pemimpin bergantung dengan sifatnya, ciri khas yang dimiliki, dan perangainya. Umar memiliki sifat yang keras dan prilakunya yang bertanggung jawab. Sikap kerasnya ini membuat beberapa sahabat Rasul takut dengan gaya leadership-nya. Kekerasan Umar bin Khattab merupakan salah satu cara untuk memenuhi kepentingan Islam.
Umar memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi. Dia merasa bahwa dirinya bertanggung jawab di hadapan Allah atas kesejahteraan apapun yang di bawah pengaruhnya. Kedua Teori Prilaku, Teori perilaku merupakan perilaku individu saat menjalankan kegiatan atau membimbing kelompok untuk mencapai tujuan. Ada beberapa prilaku Umar bin Khattab yang dapat diteladani dalam keseharian, diantaranya Tegas dan berani dalam Melawan Kemungkaran, Hidup Sederhana, Keadilan dalam memimpin, dan Memperhatikan Kebutuhan Rakyat.
Umar bin Khattab merupakan sosok seorang pemimpin yang dapat menjadi solusi dari segala permasalahan yang dihadapi rakyatnya sehingga beliau merupakan sosok yang diimpikan oleh masyarakat zaman sekarang. Gaya kepemimpinan para pemimpin zaman sekarang sangatlah berbeda dengan Umar bin Khattab. Berikut beberapa hal yang membedakan antara gaya kepemimpinan Umar bin Khattab dengan para pemimpin zaman sekarang:
Dalam bermusyawarah, Umar bin Khattab tidak menempatkan dirinya sebagai pemimpin melainkan sebagai peserta musyawarah sehingga hasil keputusan musyawarah merupakah hasil kesepakatan bersama bukan hasil keputusan dari seorang pemimpin. Seluruh kekayaan negara dipergunakan seluruhnya untuk kepentingan rakyat. Umar bin Khattab tidak pernah menggunakan dana APBN untuk kepentingan diri pribadi maupun keluarganya.
Umar bin Khattab menentang segala bentuk perbudakan, penindasan dan sangat menjunjung kebebasan yang berlandaskan pada kebenaran Islam. Umar bin Khattab merupakan tipe pemimpin yang sangat terbuka terhadap kritik terhadap dirinya karena Umar bin Khattab sadar akan posisinya sebagai manusia yang dapat berbuat kesalahan. Umar bin Khattab merupakan tipe pemimpin yang merakyat. Beliau terjun langsung untuk memeriksa keadaan rakyatnya dan juga terjun langsung untuk mengatasi segala masalah yang dihadapi rakyatnya.